Tuesday 15 November 2011



I wish I could fly, high in the blue sky
Between the birds, where nothing hurts
So I can touch the stars at night, so I can sit with angels side by side
And bring peace in every heart that needs to learn
And let good bad things that ever happen burn

I thought love was just a mirage of the mind,
it's an illusion, it's fake, impossible to find.
But the day I met you, I began to see,
that love is real, and exists in me.

Hewan Qurban terkena Cacing Hati - Miris nya punya Pejabat



Bandung - Lima dari tujuh ekor sapi kurban yang disembelih di Masjid Raya Jabar atau Masjid Agung mengandung cacing hati. Dua ekor kambing pun kedapatan cacing di hatinya.

Hal itu diungkapkan Pelaksana Pengawasan dan Pemeriksaan Mutu Hasil Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Bambang Heryanto saat dihubungi melalui telepon, Minggu (6/11/2011).

"Dari lima ekor sapi dan dua kambing, total hati yang dibuang seberat 12,5 kilogram," ujarnya. Di Masjid Agung disembelih tujuh ekor sapi dan empat ekor kambing.

Menurutnya hati sapi dan kambing yang mengandung cacing itu dikubur. Sebelumnya disiram dengan minyak tanah. "Itu biar tidak ditemukan oleh orang dan dikonsumsi," jelas Bambang.

Meski hati ketujuh ekor hewan kurban itu mengandung cacing, namun menurut Bambang bagian tubuh lainnya layak dikonsumsi. "Ya kalau daging dan bagian lainnya tetap bisa dikonsumsi," tuturnya.

Sementara untuk penyembelihan hewan kurban di tempat lainnya, Bambang mengaku belum mendapatkan laporan. "Paling besok sudah ada laporan. Ini karena kebetulan saja saya yang memeriksa di Masjid Agung. Ya kalau ingin hasil keseluruhan tunggu tiga hari lagi," katanya.

Kurang Perhatian Pemerintah, Peneliti RI Diambil Negara Lain


Jakarta - Kesejahteraan peneliti di Indonesia dinilai kurang diperhatikan. Pemerintah pun dianggap kurang gandrung pada penelitian. Karena itu, banyak peneliti brilian asal Indonesia yang diambil negara lain.

"Malaysia, Singapura, itu banyak yang hunting peneliti ke sini. Mereka mencari peneliti yang sudah jadi. Kalau di sana ada tawaran materi yang lebih baik, di zaman yang hedonistik ini ya siapa yang tidak tergoda. Akhirnya banyak yang memilih ke negara lain," papar pakar ilmu kebumian dari LIPI, Prof Dr Ir Jan Sopaheluwakan, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (26/10/2011).

Dia menambahkan, sudah sejak lama didengar kabar baik dari para generasi muda yang mengukir prestasi di dunia internasional. Berbagai olimpiade ilmu pengetahuan tingkat dunia diikuti, dan anak-anak Indonesia telah menyabet banyak pernghargaan.

"Mereka itu bibit yang bagus. Dari situ saja sebenarnya bisa kelihatan kalau Indonesia itu gudangnya orang cerdas, ulet dan istikomah. Mereka perlu dibina, karena nantinya menjadi aset bangsa yang luar biasa. Kalau perhatian dalam penelitian dan teknologi kurang, nanti mereka diambil negara lain. Yang rugi siapa?" imbuh peneliti utama LIPI ini.

Dia menuturkan, penelitian merupakan investasi jangka panjang. Beberapa hasil penelitian ada yang baru kelihatan belasan atau puluhan tahun mendatang. Dia mencontohkan, teknologi luar angkasa diterapkan untuk teflon di alat masak. Pun tentang internet yang mulanya digunakan intelijen dan pertahanan AS, lalu bisa digunakan untuk keperluan damai dan publik.

"Penelitian untuk itu berapa puluh tahun lamanya. Kalau cuma dilihat 5 tahun saja ya gombal. Kalau mau yang cepat tanam tauge saja. Penelitian itu tidak instan dan merupakan investasi jangka panjang," imbuh peraih gelar PhD di Universitas Vrije Amsterdam Belanda ini.

Jan membandingkan dengan lembaga peneliti semacam LIPI di negara lain, seperti Singapura, yang menjadi bagian dari kebijakan nasional. Lembaga penelitian negara semacam LIPI di negara lain berada di bawah kepala negara. Mereka dapat melaporkan perkembangan dan rencana penelitiannya kepada kepala negara. Hal ini berbeda jauh dengan kondisi di Indonesia.

"Di kita sepertinya tidak gandrung pada penelitian," keluh Jan.

"Di Belanda, ada Akademi Ilmu Pengetahuan dan Seni di bawah Kerajaan Belanda. Ilmu pengetahuan dan seni dijadikan dalam satu wadah karena ilmuwan juga dapat dianggap seniman untuk berkreasi. Otak kiri dan kanan harus seimbang. Selama ini kan cuma otak kiri sana, intuisi dan harmoni kurang dapat," imbuh Jan.

Karena kesejahteraan peneliti yang belum cukup memadai, banyak dari mereka yang menggunakan otaknya untuk mengasong berbagai kegiatan lain. Misalnya melakukan penelitian yang tidak sesuai spesialisasi bidangnya, meskipun terdapat dasar pengetahuan yang sama.

"Untuk survival jadi bikin kegiatan di sana sini, pembicara di sana-sini, penelitian di sana-sini. Ini bukan yang tidak sesuai dengan bidang kita, tapi tidak sejalan dengan spesialisasi kita. Pada akhirnya kita memang jadi tahu banyak, tapi jadi tidak bisa di spesialisasi kita saja, dan harus bekerja seperti 48 jam sehari," curhat Jan.

Untuk diketahui, sekarang ini, gaji per bulan yang diterimanya sebagai profesor peneliti LIPI Rp 3,6 juta. Angka ini ditambah dengan tunjangan peneliti Rp 1,4 hingga 1,6 juta sehingga yang didapat Jan sekitar Rp 5,2 juta.

dari: http://www.detik*news.com/read/2011/...il-negara-lain

Memalukan Sekali! Negara Sebesar Indonesia Kena dikadali oleh "New7Wonder"


Vote Komodo Hanya Akal-Akalan, Di Swiss, Yayasan N7W Tak Dikenal

ZURICH - Polemik Yayasan The New Seven Wonders of the World (N7W) yang mengaudisi tujuh keajaiban dunia baru kembali mencuat. Selain tidak diakui UNESCO sebagai lembaga resmi PBB yang bertanggung jawab akan pelestarian budaya dunia (world heritage), kiprah N7W di Indonesia juga disebut-sebut merugikan masyarakat.

Ini karena ada mobilisasi pengiriman via SMS untuk memenangkan Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai salah satu finalis tujuh keajaiban baru dunia. Padahal sebelumnya, UNESCO menentukan kejaiban dunia berdasarkan penelitian mendalam dengan melibatkan pakar arkeologi, bukan berdasar jumlah pemilih (vote) via internet maupun SMS.

Dubes RI di Swiss Djoko Susilo mengatakan, sejak awal dirinya yakin bahwa ajang pemilihan tujuh kejaiban dunia baru itu hanya akal-akalan yayasan milik Bernard Weber tersebut. "Logikanya, keajaiban dunia tidak mungkin via vote seperti itu. Seperti ajang Indonesian Idol saja, banyak yang SMS, akhirnya menang. Ini masalah heritage, bukan audisi calon artis," katanya kepada Jawa Pos di kantornya Elfenauweg 51, Bern, Swiss.

Djoko menjelaskan, sejak pertama dirinya yakin bahwa N7W adalah ajang bisnis semata. Sebab, yang dia tahu, orang Swiss memang paling jago membuat semacam event organizer (EO) atau kegiatan apapun yang bisa menghasilkan uang. Seperti N7W, di Swiss kegiatan semacam itu sah-sah saja dan tidak bisa dikategorikan penipuan.

"Kegiatan seperti itu biasa di Swiss. Pemerintah Swiss bukan menganggap penipuan. Sah-sah saja orang bikin semacam award-award- tan seperti itu. Kegiatannya ada kok. Cuma, masalahnya, kredibel atau tidak. Dan lagi, kegiatan ini di Indonesia merugikan orang banyak dengan berkirim via SMS itu," katanya.

Menurut pria kelahiran Boyolali itu, sejak dia masuk Swiss sebagai duta besar pada Maret 2010, belum pernah mendengar nama N7W dari. Dubes yang dia gantikan, Lucia H. Rustam, saat serah terima jabatan juga tidak pernah menyinggung sama sekali N7W.

Padahal, kedubes RI di Bern, Swiss, sudah pernah menerima sertifikat bahwa TNK (Taman Nasional Komodo) menjadi salah satu dari 28 finalis kejaiban dunia. Sertifikat itu tertulis dibuat, di Zurich pada 21 Juli 2009 dan ditandatangani dua orang. Yakni Prof Federico Mayor (Presiden Panel N7W) dan Bernard Weber (pendiri kampanye N7W).

Sertifikat tersebut berukuran 20 cm x 40 cm dengan tanda tangan kedua orang tersebut tanpa stempel. Kertas berlogo bola dunia bernomer 7 itu digulung dan dimasukkan semacam botol dari plastik sesuai ukuran sertifikat. Sertifikat tersebut tidak diserahkan langsung, namun hanya dikirim via pos ke kantor KBRI di Bern, Swiss.

Menurut Djoko, karena dubes sebelumnya tidak pernah menyinggung-nyinggung soal N7W meski sertifikat sudah dikirim, dia pun tidak pernah memperhatikan sertifikat tersebut. Dia baru berupaya mencari informasi ketika polemik muncul di tanah air. Yakni, ketika pihak kemenbudpar saat itu menarik diri dari ajang N7W karena dimintai duit dalam jumlah besar, USD 10 juta.

"Sejak itu saya tanya ke staf. Baru saya diberitahu ada sertifikat tersebut. Sejak itu saya intens mencari informasi ke beberapa pihak atau kolega saya di Swiss. Tapi, semuanya tidak ada yang tahu," jelasnya. "Bayangkan, ajang internasional, beralamat di Zurich, Swiss, tapi orang Swiss tidak tahu. Penyerahan sertifikat ini pun hanya via pos. Apa pantas itu disebut kredibel" katanya setengah bertanya.

Bukan hanya itu, Djoko juga sempat mengunjungi beberapa koran berpengaruh, baik yang berkantor di Zurich, Bern, maupun di kota-kota besar lainnya di Swiss. Tapi, tidak satu pun koran tersebut yang pernah memberitakan N7W. "Saya malah ditanya balik, apa itu new seven wonder, dan siapa itu Bernard Weber," sambungnya.

Puncak kecurigaan bisnis akal-akalan Bernar Weber yang mengerjai pemerintah berbagai Negara itu terjadi pada akhir April 2011. Saat itu, Kemenbudpar mengirim beberapa orang dari kantor pengacara Lubis, Santosa & Maulana, milik pencara kondang Todung Mulya Lubis untuk menyelidiki kantor yayasan N7W di Zurich.

"Hasilnya justru makin menguatkan bahwa yayasan N7W tidak kredibel. Sekali lagi, ini hanya kegiatan biasa yang dikemas seolah-olah ajang level dunia via internet," kata bapak tiga anak tersebut.

Staf KBRI di Bern, jelas Djoko, membantu mencari alamat N7W. Sesuai yang tertulis, alamatnya di Hoeschgasse 8, P.O. Box 1212, 8034 Zurich. Tapi setelah diselidiki, ternyata kode pos tidak sesuai. Seharusnya alamat itu adalah: Hoeschgasse 8 P.O. Box 1212, 8008 Zurich.

Alamat itu juga bukan alamat resmi N7W, melainkan museum Heidi Weber yang diarsiteki Le Corbusier. Yang janggal lagi, Museum itu tidak buka setiap hari. Buka hanya pada musim panas, yakni bulan Juni, Juli, dan Agustus, mulai pukul 14.00-17.00.

Sejak itulah, Kemenbudpar secara resmi menarik diri dari kampanye keajaiban dunia versi N7W. Sejak itu pula isu kampanye N7W di Indonesia mulai reda. Namun, dia mengaku terkejut ketika tiba-tiba muncul P2K (Pendukung Pemenangan Komodo) yang diketuai tokoh LSM Emmy Hafild dengan mengandeng mantan wapres Jusuf Kalla.

Apalagi, setelah upaya memenangkan Pulau Komodo tersebut dilakukan dengan menyuruh masyarakat mengirim SMS. "Kalau untuk menang-menangan di yayasan yang tidak kredibel ini secara gratis sih tidak masalah. Lha, ini pakai kirim SMS segala. Ada duit rakyat yang tersedot di situ. Padahal, sekali lagi, kegiatan ini hanya kreatifitas orang Swiss yang memang jago meng-create acara atau membuat event organizer," jelas Djoko.

Pulau Komodo sendiri sebenarnya sudah masuk sebagai warisan dunia pada 1991 versi UNESCO, lembaga resmi PBB yang bergerak di bidang cagar budaya. Bersama Pulau Komodo, masuk juga Taman Nasional Ujungkulon, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan.


"Karena reputasi UNESCO sebagai badan khusus PBB yang didirikan pada 1945 itu jauh melampaui N7W, ada baiknya kita tidak terpancing oleh aturan main N7W," papar Djoko
                                                                                                                 


Sejak 2007 lalu, UNESCO Sudah memberitahukan Dunia, kalau "New7Wonder" itu tak kaitannya dengan Organisasi PBB itu


Bahkan, mbah Google tak menemukan di Sekretariat PBB ada unit kerjanya bernama "New7Wonder" itu ....


Presiden pun Kena Dikadali!
SBY: Ayo Dukung Komodo Lewat SMS 9818
Dari Lombok, SBY memimpin penggalangan SMS untuk Komodo. Pin Komodo tersemat di dadanya.
Kamis, 20 Oktober 2011, 09:05 WIB

VIVAnews -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan dukungannya pada Pulau Komodo, jagoan Indonesia di ajang keajaiban dunia, New7Wonders of nature. Selesai berpidato dan memukul gendang peresmian Bandara Internasional Lombok, tiba-tiba, SBY mengajak para hadirin yang ada di sana, untuk memilih Komodo. "Ayo semuanya, sahabat saya Pak JK (Jusuf Kalla), kita vote bareng-bareng Komodo," kata Yudhoyono di Lombok, Kamis 20 Oktober 2011.

Ajudannya lantas mengulurkan telepon seluler. "Nomornya berapa," tanya SBY. "9818," jawab Jusuf Kalla, sang duta Komodo. SBY lantas mengajak semua yang ada di sana mengeluarkan telepon seluler. "Ayo sama-sama semuanya, handphone diangkat, dengan baca Bismillah, mari sama-sama kita send ke nomor ini," kata SBY, dengan pin Komodo tersemat di dadanya.

Jadi Prioritas

Setelah selesai, SBY mengatakan ada tujuan mengapa Komodo harus didukung. "Kita berharap, ini sumbangsih kita terhadap kemajuan Indonesia Timur," kata dia. Komodo bersaing dengan 27 finalis lainnya. Pada Jumat 11 November 2011, tujuh pemenang akan diumumkan. Predikat ‘keajaiban alam dunia’ akan disematkan pada para juara. Namanya akan diabadikan dalam sejarah, ditulis jutaan kali dalam brosur, review, atau tayangan wisata.

Apa yang dilakukan SBY menjawab harapan para pembela Komodo. Ketua Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) Emmy Hafild meminta seluruh rakyat Indonesia, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beraksi mendukung Komodo. “Itu yang kami tunggu, karena di negara lain, Presidennya terjun langsung. Misalnya Korea Selatan dan Filipina. Bahkan dijadikan prioritas,” kata dia kepada VIVAnews.com. Ingin mengikuti jejak SBY dukung Komodo? Anda bisa berpartisipasi. Caranya, ketik ‘KOMODO’ kirim ke 9818. Juga bisa memberi dukungan di situs New7Wonders.

http://nasional.vivanews.com/news/re...donesia-timur-

Padahal, Dunia dan PBB melalui UNESCO yang membawahi "World Heritage Convention" sejak lama mengakui kadal purba Komodo beserta habitat tempat tinggalnya sebagai satu warisan dunia yang harus dilindungi ...

Banyak Anggota DPR yang Masih Berhutang



JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas diminta fokus pada pekerjaannya memberantas korupsi dan meningkatkan kinerja KPK yang tengah menurun daripada melontarkan pernyataan-pernyataan yang menjadi polemik. Hal itu dikatakan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Priyo Budi Santoso dan Pramono Anung di Komplek DPR, Senin (14/11/2011) ketika dimintai tanggapan pernyataan Busyro bahwa gaya hidup pejabat hedonis.

"Biarlah yang seperti itu, wejangan-wejangan yang bersifat begawan, lebih baik disampaikan oleh negarawan dan senior. Sementara kita-kita sebagai pejabat negara konsentrasi pada tugas dan bidang masing-masing saja," kata Priyo.

Pramono menolak jika semua anggota dewan digeneralisasi bergaya hidup mewah. Pasalnya, kata dia, tak sampai 5 persen anggota yang kesehariannya hedonis. Itu pun, lanjut dia, latar belakang mereka pengusaha kaya yang sudah bergaya hidup mewah sebelum masuk ke Senayan.

Dikatakan Pramono, hingga saat ini masih banyak anggota yang belum mampu melunasi utang untuk biaya kampanye Pemilu 2009. "Ketika pergi bersama beberapa anggota, mereka minta turun dari jatah bisnis ke kelas ekonomi karena ingin menyimpan uang untuk membayar utangnya. Kan kasihan seperti itu dianggap sebagai orang yang hedonis," kata dia.

Bahkan, tambah politisi PDI-P itu, banyak anggota yang mengirim surat kepada pimpinan DPR agar gajinya tidak dipotong untuk fraksi. Setiap bulan, katanya, anggota menerima gaji yang telah dipotong 15-30 persen dari total gaji untuk kepentingan partai.

"Itu gambaran mereka kesulitan keuangan. Pimpinan tidak bisa stop itu (pemotongan gaji) karena sudah kesepakatan dengan fraksi-fraksi," ucap Pramono.

"Sebagai pribadi yang mengenal Pak Busyro, saya berharap Pak Busryo bekerja sesuai profesinya. Bukan penjaga moral lembaga lain. Sebab itu akan jadi polemik yang tidak menguntungkan bagi KPK dan lembaga lain," pungkas Pramono.

http://nasional.kompas.com/read/2011...asih.Berhutang